Adakah Waktu Ideal yang Menentukan Berapa Lama Kita Boleh Bersedih?
Sumber: canva.com

Kata Alkitab / 27 July 2023

Kalangan Sendiri

Adakah Waktu Ideal yang Menentukan Berapa Lama Kita Boleh Bersedih?

Bella Tiurma Official Writer
1850

Dalam perjalanan hidup, perasaan sedih menjadi bagian alami yang muncul sebagai respons ketika kita menghadapi berbagai kejadian yang menyakitkan, berita buruk, atau penderitaan. Terkadang, saat kesedihan datang karena duka cita, kita mungkin merasa bersalah karena masih merasa sedih dan bertanya-tanya kapan saatnya melanjutkan hidup tanpa rasa sedih tersebut. 

Mungkin kita adalah salah satu yang sering mempertanyakan apakah ada waktu ideal yang ditentukan oleh Tuhan berapa lama kita boleh bersedih. Tetapi di dalam Alkitab telah mengakui bahwa kesedihan adalah respon alami terhadap kabar buruk. Namun, kesedihan yang kita rasakan mengarahkan kita kepada kedekatan hubungan kita dengan Tuhan yang berdiri bersama dalam segala situasi dan menawarkan sebuah harapan serta bantuan di kala kita sedang bersedih. 

Dalam menanggapi rasa sedih kita dapat mempelajari dari berbagai kisah dari tokoh-tokoh Alkitab yang mengungkapkan kesedihannya secara jelas, seperti kisah Abraham yang bersedih karena kedukaan atas kematian istri terkasihnya Sarah (Kejadian 23 : 2), Raja Daud yang bersedih atas hilangnya sang putra Absalom (2 Samuel 18 : 33), dan kisah Ayub yang harus berjuang menemukan pengertian dalam penderitaan.

 

Baca Juga : Jadi Dampak Buat Orang lain Yang Sedang Berduka, Orang Tua Kristen Perlu Lakukan 3 Hal ini

 

Berdasarkan kisah tokoh Alkitab, kita memahami bahwa Yesus sendiri berbelas kasihan kepada kita yang sedang bersedih. Tindakan belas kasih ini sebagai bentuk gambaran kepada kita bahwa Yesus memahami setiap kesedihan yang kita alami dan ia akan selalu berdiri bersama kita melewati setiap proses kesedihan tersebut. 

Alkitab menegaskan bahwa Tuhan dekat dengan yang patah hati dan menyelamatkan orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:18). Ia adalah tempat perlindungan bagi yang terinjak dan dalam kesesakan (Mazmur 9:9). Ia juga adalah penyembuh bagi mereka yang patah hati dan membalut luka-luka mereka (Mazmur 147:3). 

Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki pengharapan hidup yang kekal dan nyata melalui keselamatan yang diberikan oleh Yesus. Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita tidak perlu bersedih seperti mereka yang tidak memiliki pengharapan, karena kemenangan Yesus atas maut memberikan sukacita abadi bagi mereka yang percaya kepada-Nya. 

“Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” - 1 Tesalonika 4 : 13 – 14

BACA HALAMAN BERIKUTNYA ->

Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami